asal-usul marga sianipar

Menurutnya semua marga berasal dari gelar yang diberi berdasarkan
kosa kata dalam bahasa batak, dan Oppu itu menguraikan beberapa marga
dan sepertinya bisa diterima akal dengan hal itu.

1.Sianipar = Sian Ipar (Artinya dari ipar, menjengkelkan lho......,
katanyanya Tuan Dibangarna kawin lagi dengan iparnya sehingga lahir
Sianipar, membuat saya emosi, marah ga setuju dan hampir tinjuku
mendarat hehehee....) , ternyata si Oppu hanya main-main saja
memancing peduliku dengan margaku hehehehee... ya jelas donk... .
Sedikit agak debat oppu itu memberitahukan alasan ke 2.

2. Sianipar = Sian Taripar (Taripar maksudnya berenang atau

menyebrang) menurut Oppu itu, Sianipar lahir diseberang balige (asal
Tuan Dimangarna), tetapi karena saya sudah ga senang dengan Oppu itu
saya iya2kan aja, lagian dia sudah tua hehehehe... hormati orang tua
juga.
  Setelah pengalaman itu, saya bertanya dengan bapakku mengenai

perihal itu, dan di jelaskan bahwa Sianipar turunan Tuan Dibangarna
terdiri marga :

   1. Panjaitan
  2. Silitonga
  3. Siagian
  4. Sianipar
  Lanjut cerita, Asal Tuan Dibangarna berada di Balige

sehingga semua warisannya dan keturunannya tinggal di Balige kecuali
Silitonga. Lho kenapa?

   Saya menanyakan kenapa demikian, menurut cerita bapakku, Sianipar

lahir setelah pembagian harta untuk ke 3 anak Tuan Dibangarna
(Panjaitan -paling tua, Silitonga(paitonga) -anak tengah,
Siagian(sianggian) - anak paling kecil), jadi Silitonga berbaik hati
memberikan warisannya kepada Sianipar, kemudian Silitonga membuka
lahan dan sekaligus tempat tinggalnya di Sipahutar (daerah Tarutung).

  Cerita bapakku sedikit nyambung dengan cerita Oppu Juglo itu...
  Menurut bapakku, setelah Tuan Dibangarna sudah tua sehingga

membagi-bagikan warisannya kepada ke 3 anaknya, lalu dia pergi ke
seberang bersama isterinya ternyata disana lahirlah Sianipar.

   Setelah itu pulanglah mereka kekampung dan memberitahukan kepada

anak-anaknya bahwa mereka mempunyai adik lagi. Hal ini menjadi polemik
karena harta warisan sudah dibagi.

   Mereka mengakui bahwa Sianipar adik mereka tetapi masalah warisan ga

boleh di ganggu gugat. Untung saja Silitonga konon kabarnya sudah
membuka lahan di SiPahutar, sehingga Silitonga berbaik hati
menyerahkan warisannya kepada Sianipar.

   Makanya sampai sekarang pengalamanku kalo jumpa dengan marga

Silitonga selalu lebih cepat akrab dibanding Panjaitan dan Siagian.

   Silitonga memang terlalu baik, padahal asal atau tempat tinggal

(bonapasogit) merupakan hal yang penting bagi halak batak. Bayangin
saja Adat di Balige ada bedanya dengan Adat di Tarutung, walau
sama-sama batak. Berarti Silitonga harus belajar adat tarutung lagi
padahal dia orang Balige, pasti sulit deh...

  Terima kasih Silitonga, Sianipar pasti ingat deh hehehee...
  Mungkin ada dari keluarga kita yang mengetahui lebih banyak tentang

Sianipar, di bagi dong.... Tapi cerita ini tolong di kroscek dengan
orang tua kita ya.... jangan asal ditelan aja hehehe...

   Saya belum pernah membaca riwayat ini dari buku, hanya dari cerita

Bapakku dan yang lain deh, kalo ada yang punya cerita atau mau
melengkapi dapat dibagi ke keluarga kita dimilis ya

   Cerita ini pernah saya kroscek dengan marga Silitonga dan cerita ini

benar, cuma misteri kelahiran Sianipar masih simpang siur, apakah
lahir dari isterinya itu atau Tuan Dibangarna kawin lagi.

   Bapakku dan saya lebih setuju Tuan Dibangarna tidak kawin lagi,

sehingga anak-anaknya yang lain mengakui keberadaannya hehehe...

   Mudah-mudahan dengan tulisan ini dan dengan diskusi kemudian dapat

membuat kita semakin mendalami marga kita Sianipar...

   Songoni ma jo cerita sian hami, muliate godang tu angka na manjaha

dohot na naeng mampature on haduan. Horas!

                                                                                                                  by sianipar batang buruk.